KONDISI PEMASARAN GERABAH
KASONGAN YOGYAKARTA PASCA GEMPA TAHUN 2006
Disusun Oleh :
1. Nurul Ayuningtyas Islamiyati ( 13130 )
2. Lila Indica ( 13125 )
3. Novera Gita Pradani (
13129 )
4. Paramudita Sekar Prawesti ( 13131 )
5. Raditya Hermawan Wicaksono ( 13133 )
6. Reza Setya Dwi Putra ( 13135 )
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 YOGYAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah Remaja dengan judul ”KONDISI PEMASARAN GERABAH KASONGAN
YOGYAKARTA
PASCA GEMPA TAHUN 2006” ini telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing dan
Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Yogyakarta.
Yogyakarta, Mei 2010
Peneliti,
Nurul Ayuningtyas Islamiyati (13130)
Lila Indica (13125)
Novera Gita Pradani (13129)
Paramudita Sekar Prawesti (13131)
Raditya Hermawan Wicaksono (13133)
Reza Setya Dwi Putra (13135)
Menyetujui dan mengesahkan:
Pembimbing 1:
Pembimbing 2:
Dra.Syaripah
Doni
Darmasetiadi
NIP
196309071989032006
Mengetahui:
Kepala SMA N 4 Yogyakarta
Drs. H. Suradi, M.Pd
NIP 19531101 198003 1 007
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul “KONDISI PEMASARAN GERABAH KASONGAN
PASCA GEMPA TAHUN 2006”.
Penelitian ini kami dapat selesaikan
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Suradi, M.Pd selaku Kepala SMA
4 Yogyakarta, yang telah memberi fasilitas dan kesempatan kepada kami untuk
melakukan penelitian di SMA 4 Yogyakarta.
2. Ibu Dra. Syaripah dan Mas Doni Darmasetiadi
selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Remaja.
3. Keluarga kami yang selalu memberi
motivasi.
4. Keluarga Bapak Sihono dan para pegawainya.
5. Semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini.
Tanpa
bantuan tersebut kami tidak dapat menyelesaikan laporan penelitian ini
semaksimal mungkin. Semoga segala bantuan dan kebaikan yang
telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT.
Kami
menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah penelitian tindakan ini masih jauh
dari kesempurnaan maka kritik dan saran serta masukan – masukan yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penulisan laporan ini.
Yogyakarta, Mei 2010
Peneliti
ABSTRAK
Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan mengetahui kondisi distribusi pemasaran gerabah Kasongan
setelah gempa 2006 lalu. Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dijelaskan
sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sentana, Bangunjiwo, Kasihan,
Bantul pada tanggal 10 April 2010. Jenis penelitian yang peneliti gunakan
adalah penelitian deskriptif karena “penelitian
yang ditujukan untuk mendiskripsikan fenomena yang ada”1). Sedangkan
prosedur penelitian yang peneliti ajukan melalui beberapa tahap, dimulai dari
tahapan rencana, tahapan tindakan dan pengamatan, dan tahapan penyusunan
laporan. Metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan pengrajin gerabah Kasongan dan mencari data dari
beberapa sumber seperti, media internet dan buku.
Disebutkan
dalam judul diatas bahwa kondisi pemasaran gerabah kasongan setelah gempa bumi
26 Mei 2006 melanda adalah para pengrajin mengalami kerugian besar karena
banyak benda-benda yang siap dijual hancur akibat tertimpa reruntuhan bangunan,
sehingga pengrajin harus memulai membuat penggantinya. Padahal banyak rumah
warga Kasongan yang rusak dan juga termasuk barang-barang untuk membuat
gerabah. Pengrajin sempat terpuruk selama kurang lebih 2 tahun sampai-sampai
mereka benar-benar mogok dalam pemasaran.
Namun
kini mereka telah bangkit karena mereka sadar hidup harus tetap berjalan.
Sebisa mungkin para pengrajin sadar dan bangkit dari keterpurukan. Bantuan dari
pemerintah pun mulai muncul. Walau hanya seberapa tapi bantuan tersebut dapat
digunakan untuk membuat rumah untuk memproduksi gerabah. Pemerintah juga
memberikan bantuan alat-alat untuk membuat kerajinan gerabah kembali.
Beberapa
tahun setelah gempa 2006 kini, sedikit
demi sedikit perekonomian pemasaran gerabah kasongan mulai bangkit kembali,
dari segi modal dan keuntungan. Para konsumen dari dalam dan luar negeri mulai
tertarik kembali pada gerabah Kasongan. Pemesanan dari konsumen mulai meningkat.
Kata Kunci : Pemasaran, Pasca Gempa 2006, Gerabah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemasaran merupakan
aspek terpenting dalam usaha memproduksi suatu barang. Tanpa pemasaran, barang yang diproduksi tidak
akan sampai ke tangan konsumen. Selain itu, kegiatan ekonomi yang dilakukan otomatis tidak akan bergerak.
Dengan tidak adanya pemasaran, maka akan membawa akibat yang cukup fatal bagi
perusahaan. Perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan dari barang yang
diperolehnya, sehingga akan mengalami kerugian.
”Kasongan merupakan sentra industri gerabah
yang cukup besar di Indonesia. Sebagian besar masyarakatnya bergerak dalam
bidang industri gerabah sebagai mata pencahariannya. Keunikan dan kekhasan
berbagai macam bentuk gerabah seperti patung keramik, jembatan bunga, vas
bunga, asbak, pot, meja, kursi dll.”2) Menjadikan Kasongan
sebagai pusat industri gerabah yang terkenal di dalam negeri maupun luar
negeri.
Di
dalam perindustrian gerabah Kasongan, terdapat proses pemasaran. ”Awalnya, produk Kasongan dijual dengan cara
yang sederhana, seperti dengan menjajakan berkeliling atau dititipkan di
pasar-pasar yang telah ditampung oleh broker. Seiring perkembangan, banyak
bantuan dari berbagai macam instansi baik dari pemerintah atau pihak swasta.
Sehingga terbentuk ruang pajang yang saat ini disebut ”Warung Gerabah” (art
shop). Bagi pengusaha yang cukup
besar, pemasaran juga dilakukan melalui media internet.“3)
Namun,
pada tanggal 27 Mei 2006 terjadi gempa yang sangat dahsyat berkekuatan 5,9
Skala Richter. Akibatnya, meluluhlantahkan hampir sebagian wilayah kota
Yogyakarta dan kabupaten Bantul, khususnya di daerah perindustrian gerabah
Kasongan. Sehingga, gerabah yang berada di dalam bangunan, ikut hancur seiring
dengan runtuhnya bangunan yang disebabkan oleh gempa.
Karena itu, gerabah Kasongan mendapat
kerugian yang sangat besar. Selain itu, menyebabkan lumpuhnya pemasaran dan
produksi industri gerabah Kasongan sementara. Akibatnya, pengrajin harus
memulai usaha mereka dari awal. Tampak sebagian pengrajin berusaha memperbaiki
usaha mereka. Namun karena kurangnya bahan, peralatan, dan modal, sangat jauh
dari harapan untuk memulihkan usaha.
Keunikan dan kekhasan
dari gerabah Kasongan, membuat kami tertarik untuk meneliti di daerah desa
wisata tersebut. Khususnya di bidang pemasaran gerabah pasca gempa tahun 2006.
Karena pemasaran merupakan aspek terpenting dalam produksi suatu barang. Dengan
adanya pemasaran, nilai guna gerabah dapat terealisasikan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi
pemasaran gerabah Kasongan pasca gempa tahun 2006?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mempelajari kondisi pemasaran gerabah
pasca gempa tahun 2006.
2. Untuk mengetahui permasalahan
baru pemasaran pasca gempa tahun 2006.
3. Mencari informasi kebutuhan pengrajin yang diperlukan untuk tetap menjalankan usaha.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat
dari penelitian antara lain:
1. Menambah pengetahuan siswa mengenai
Gerabah Kasongan.
2. Memberi informasi tentang kondisi
pemasaran Gerabah Kasongan pasca gempa tahun 2006.
3. Memberi informasi kepada pemerintah mengenai
kebutuhan yang pengrajin perlukan untuk tetap menjalankan usaha mereka.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian Pemasaran
Beberapa ahli
mendefinisikan pemasaran sebagai berikut :
”W.Y. Stanton
Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh
sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga
sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa
memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
H. Nystrom
Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran
barang atau jasa dari tangan
produsen ke tangan konsumen.”4)
Berdasarkan
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan kegiatan ekonomi yang menghubungkan kegiatan
produksi dan konsumsi. Yaitu kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen
ke konsumen, sehingga barang dan jasa yang sudah sampai konsumen mempunyai
nilai guna yang terealisasikan dan dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Pemasaran juga disebut kegiatan penyaluran
barang dan jasa, yang sebelumnya dilakukan perencanaan seperti pemilihan barang,
penentuan harga barang, penentuan lokasi tempat distribusinya, penggunaan
transportasi untuk mendistribusikannya, dan mempromosikan barang. Sehingga,
dengan perencanaan yang matang, maka konsumen akan mendapatkan kepuasan dalam memenuhi
kebutuhannya.
B.
Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran dapat dirincikan
menjadi 3 bagian, antara lain :
a.
Fungsi Pertukaran
Dalam
fungsinya ini distribusi berperan dalam memilih barang yang akan dibeli.
Kegiatan tersebut dilakukan supaya barang-barang yang dijual adalah barang yang
berkualitas dan bermutu baik. Sehingga barang yang dijual dapat memuaskan
konsumen.5)
Distribusi juga berperan dalam penentuan harga. Agar harga barang yang djual sesuai dengan
standar pada umumnya. Dalam penentuan harga tersebut menggunakan harga barang
yang dapat dijangkau oleh konsumen dan tidak membuat kerugian pada penjual
sendiri. Dengan begitu, konsumen tidak akan merasa keberatan untuk membeli
barang.
Dengan adanya fungsi pertukaran ini termasuk juga
mengurangi dan menghindari risiko dalam penjualan barang.6)
b.
Fungsi Penyediaan Fisik
Fungsi
penyediaan fisik ini menyangkut pemindahan barang secara fisik dari produsen ke
konsumen akhir. Bisa dibilang yaitu proses penyaluran barang. Fungsi ini
meliputi pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan pengangkutan barang. Sebelum
didistribusikan, barang tersebut disimpan dan dikumpulkan terlebih dahulu di
suatu tempat. Untuk dilakukan pemilihan kembali, kemudian barang tersebut
dikemas atau di packing. Setelah barang siap jual, lalu
didistribusikan ke tempat konsumen.7)
5)
Delina Hutabarat, Pelajaran Ekonomi SMU Kelas 1, Jakarta:Erlangga, halaman
78-79
6) ibid., Delina Hutabarat, Pelajaran Ekonomi SMU
Kelas 1, Jakarta:Erlangga, halaman 78-79
7)
ibid., Delina Hutabarat, Pelajaran
Ekonomi SMU Kelas 1,
Jakarta:Erlangga, halaman 78-79
c. Fungsi Penunjang
Fungsi ini membantu atau
melengkapi fungsi pertukaran dan fungsi penyediaan fisik agar terlaksana dengan
baik. Kegiatan fungsi penunjang meliputi pelayanan sesudah pembelian. Penjual
harus memberikan pelayanan yang baik
kepada pembeli/konsumen. Supaya pembeli tidak kecewa dengan membeli barang
tersebut. Selain itu juga dilakukan penyebaran informasi agar barang lebih
dikenal oleh masyarakat. Sehingga masyarakat tertarik untuk membeli. Lalu ada
juga masalah pembelanjaan. Misalnya
penjualan barang yang dilakukan secara kredit oleh perantara kepada konsumen.8)
Fungsi pemasaran meliputi
pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan pengangkutan barang (Fungsi Penyediaan
Fisik). Dengan adanya hal tersebut, dapat mengurangi dan menghindari risiko
dalam penjualan barang (Fungsi Pertukaran). Setelah Fungsi Penyediaan Fisik dan
Fungsi Pertukaran terlaksana, kemudian penyebaran informasi supaya barang yang
diproduksi lebih dikenal masyarakat.
C.
Peranan Pemasaran
Pemasaran memiliki
berbagai peranan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Peranan Pemasaran Memenuhi Kebutuhan dan
Keinginan Manusia
Manusia sebagai makhluk yang tidak pernah puas, dalam kehidupannya tidak
lepas dari kebutuhan dan keinginan yang jumlahnya tidak terbatas. Karena tidak
sebandingnya jumlah kebutuhan dan keinginan manusia dengan produk yang
dibutuhkan, maka mereka mengonsumsi produk yang ada. Suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan dilakukan dengan menarik manfaat atau kegunaan produk, manfaat produk
dapat ditimbulkan dari kegunaan yang meliputi bentuk, tempat, waktu dan
kepemilikan.
8)
ibid., Delina Hutabarat, Pelajaran Ekonomi SMU Kelas 1, Jakarta:Erlangga, halaman 78-79
Menarik manfaat produk sama saja mengurangi nilai guna barang itu. Fungsi
pemasaran seperti pertukaran, pengangkutan, penyimpanan, dan pendistribusian
adalah proses untuk menambah nilai guna produk yang ada.9)
b.
Peranan Pemasaran Dalam
Kegiatan Ekonomi
Sistem pemasaran sangat
dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan untuk menunjang taraf hidup mereka
melalui pertukaran. Beragamnya kebutuhan manusia menuntut adanya pemasaran yang
beragam pula. Semakin unik pemasaran, semakin banyak masyarakat yang
meminatinya. Sehingga, penjual mendapatkan keuntungan yang berlimpah. Maka,
banyak sekali usaha-usaha bisnis yang bergerak di berbagai bidang, selain
untuk memenuhi kebutuhan pembeli juga mendapatkan keuntungan bagi
penjual. Jadi, peranan pemasaran dalam kegiatan ekonomi, untuk memenuhi
permintaan yang beragam dengan penawaran yang beragam pula.10)
c. Peranan Pemasaran Pencapaian Tujuan dan
Sasaran Perusahaan
Kemampuan perusahaan dalam memasarkan produknya bisa menjadi tolak ukur
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Karena akan
terlihat apakah perusahaan itu mengelola pemasaran dengan baik atau tidak Jika
sebuah sebuah perusahaan ingin berkembang dan juga mampu bersaing dengan yang
lain. Mereka harus menjual produk dengan harga yang menguntungkan bagi
perusahaan, namun tetap berusaha membuat konsumen tidak kecewa. Dengan demikian pemasaran sangat berperan
bagi pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan.11)
Dari peranan di atas
dapat disimpulkan bahwa peranan pemasaran meliputi, usaha untuk memenuhi
kebutuhan yang dilakukan dengan menghabiskan manfaat atau kegunaan produk, dan
kemampuan perusahaan dalam memasarkan merupakan tolak ukur keberhasilan
perusahaan.
D. Gempa Jogja 27 Mei 2006
Pada tanggal 27 Mei 2006, gempa
berkekuatan 5,9 Skala Richter melanda kota Yogyakarta. Gempa tersebut terjadi pagi hari pada pukul 05:50 WIB, gempa itu
terjadi ketika sebagian besar masyarakat masih tertidur lelap. Banyak orang
yang terperangkap di dalam rumah khususnya anak-anak dan orang tua, sehingga
tidak sempat untuk menyelamatkan diri. Gempa ini menelan korban sekitar 6234
orang meninggal.
Kejadian ini menurut scientist adalah peristiwa
planet bumi yang sedang menyeimbangkan dirinya. Gempa yang terjadi
selama 52 detik ini meluluhlantahkan hampir sebagian wilayah Yogyakarta. Titik
terparah terletak di Daerah Bantul khususnya di daerah sentra kerajinan gerabah
Kasongan.
Gempa ini berdampak bagi
kabupaten di Provinsi DIY dan
Jawa Tengah. Di Yogyakarta yaitu Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Kulaon Progo,
Sleman, dan Kota Yogyakarta. Di Jawa Tengah yaitu Boyolali, Klaten Magelang,
Purwokerto, Sukoharjo, dan Wonogiri.12)
- Posisi Gempa
Posisi gempa berada sekitar 25 km
selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara
Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Pusat gempa teletak pada
koordinat 8,007 LS-110,286 BT debgan kedalaman 17,1 kilometer. Walaupun
hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami.
Gempa tersebut terjadi pada kedalaman rendah di lempeng Sunda di atas zona
lempeng Australia. Gerakan tektonik di Jawa didominasi oleh gerakan lempeng
Australia ke arah timur laut di bawah lempeng Sunda dengan kecepatan relatif
sekitar 6 cm/tahun.
Gempa juga dapat dirasakan di Solo,
Semarang , Purworejo, Kebumen, dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan
sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek,
Magetan, Pacitan, Blitar, dan Surabaya. Karena besarnya skala gempa,
sehingga sejumlah kota sekitar Yogyakarta juga merasakan getaran.13)
- Kerusakan-kerusakan Akibat Gempa
Gempa bumi tersebut mengakibatkan banyak rumah dan
gedung perkantoran yang roboh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi.
Akibatnya, kegiatan yang dilakukan masyarakat Yogyakarta terhenti.
Obyek Wisata Kasongan mengalami kerusakan parah
saperti Gapura Kasongan yang patah di kiri dan kanan gapura dan ruko-ruko
kerajinan keramik yang sebagian besar rusak berat bahkan roboh. Akibat banyak
rumah dan bangunan yang roboh di daerah Kasongan, banyak gerabah yang ikut
hancur tertimpa reruntuhan bangunan. 14)
- Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan
Akibat terjadinya gempa para pengrajin
mengalami kerusakan wilayah desa mencapai 80%, meliputi kerusakan rumah dan
bangunan, galeri gerabah, dan bengkel produksi gerabah. Sedangkan sentra
kerajinan gerabah di Pundong mengalami tingkat kerusakan wilayah desa 95% yang
meliputi kerusakan bangunan permukiman, galeri dan bengkel-bengkel produksi
gerabah. Toko-toko, galeri, tempat pembuatan, dan tempat pelatihan mengalami
kerusakan yang parah.
14) ibid., http://gudeg.net/id/news/2006/10/4072/UKM-dan-Pariwisata-Jogja.html, diunduh 11 Mei 2010
Selain itu, dampaknya adalah terhentinya produksi gerabah. Karena alat-alat
produksi yang rusak, SDM yang trauma,
dan banyak pengrajin yang meninggal. Sehingga, aktivitas produksi yang sempat
terhenti dikhawatirkan akan menimbulkan pengangguran bagi masyarakat Kasongan
yang mata pencahariannya sebagai pengrajin gerabah.
Mereka membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pemulihan pasca
gempa. Paling sedikit membutuhkan waktu 6 bulan untuk memulai produksi kembali.
Karena banyaknya kerusakan pada gedung, showroom, mesin produksi, dll.15)
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Karya ilmiah ini menggunakan penelitian deskriptif karena “penelitian
yang ditujukan untuk mendiskripsikan fenomena yang ada”16).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sentana,
Bangunjiwo, Kasihan, Bantul pada tanggal 10 April 2010.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara, yaitu ”proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil menatap muka antara sipenanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Interwiew guide.”17)
2.
Kajian
Pustaka, yaitu ”proses umum yang
dilakukan peneliti dalam upaya menemukan teori.”18)
3.
Observasi,
yaitu ”metode atau cara-cara yang
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.”19)
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berupa lembar pertanyaan yang di dalamnya terdapat pertanyaan yang akan
diberikan kepada responden, alat recorder,
kamera, dan handycam.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sejarah mencatat bahwa kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pariwisata.
Karena sejak zaman nenek moyang berdiri Kraton Ngayogyakarta, dan berbagai
candi seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan lain-lain. Di samping
sebagai kota pariwisata, kota Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pelajar.
Karena sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Maka banyak pelajar dan
pendatang yang berdomisili di Yogyakarta. Seiring sejalan dengan itu, sebagai
penduduk asli kota Yogyakarta, masyarakat Kasongan mempunyai ketrampilan untuk
membuat kerajinan gerabah semakin meningkat. Keunikan dan kekhasan produk
gerabah Kasongan merupakan daya tarik para wisatawan dalam negeri maupun asing.
Sehingga sentra industri gerabah Kasongan ini selain terkenal di dalam negeri,
juga terkenal sampai luar negeri.
Sebagian
besar masyarakatnya bergerak di bidang industri gerabah. Kegiatan berolah seni
gerabah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Para pengrajin mengekspresikan
dirinya dengan media tanah liat dan meja pemutar yang kemudian dibentuk menjadi
patung keramik, vas bunga, asbak, pot, meja, kursi, guci, dan lain-lain dengan
motif kura-kura, bunga, singa, gajah, katak, dan lain-lain.
Selain bentuk
yang unik, kualitasnya juga baik. Para pengrajin gerabah menggunakan tanah liat
berkualitas tinggi, yaitu campuran tanah liat dengan pasir lembut. Tanah liat
tersebut diambil dari daerah Godean dan dari gunung-gunung dekat Kasongan. Dari
tanah liat tersebut dapat dibuat berbagai kerajinan seperti guci, vas bunnga,
teko minuman, souvenir, dan lain-lain. Sedangkan untuk tanah berkualitas
rendah, yaitu tanah liat hitam. Biasanya digunakan untuk membuat keren, anglo, kuali, dan lain-lain.
Tanah liat hitam ini diambil dari sawah.
Setelah tanah
liat tersebut dibentuk menjadi berbagai macam benda, kemudian di keringkan.”Dalam proses pengeringan ini gerabah tidak
boleh terkena sinar matahari langsung, karena bisa mengakibatkan keretakan pada
gerabah. Kemudian gerabah yang sudah kering masih akan melalui proses
pembakaran,” ujar Mas Sulis (22), yaitu salah satu pengrajin gerabah yang
berhasil kita wawancarai.
Di dalam
proses pembakaran ini pun diperlukan teknik. Pembakaran dimulai dengan nyala
api kecil kemudian semakin besar. Jika pembakaran langsung menggunakan api
besar, maka akan mengakibatkan gerabah menjadi pecah. Sehingga dapat
menimbulkan kerugian.
Gerabah-gerabah
unik tersebut kemudian dijual di sekeliling tempat tinggal mereka dengan cara
menjajakan berkeliling, dititip di pasar, dijual di pinggir jalan, dan dijual
di depan rumah. Ada pengrajin yang menyediakan ruang pajang gerabah yang saat
ini disebut galeri atau warung gerabah (art shop). Dari galeri tersebut mereka
mendapatkan pembeli atau konsumen. Biasanya banyak konsumen yang memesan
gerabah melalui galeri, kemudian galeri menyampaikan pemesanan kepada pabrik
gerabah.
Gerabah
Kasongan tidak selalu ramai dengan pesanan. Ramai tidaknya tergantung musiman.
Biasanya gerabah Kasongan ramai pada saat liburan, sedangkan pada hari-hari
biasa gerabah Kasongan terbilang sepi dari pesanan para konsumen. Pada saat
liburan, banyak konsumen dari luar Yogyakarta yang datang ke Kasongan untuk
berbelanja dan untuk memesan gerabah. Pemesan gerabah di dalam negeri berasal
dari Jawa dan Sumatra dan untuk pemesan gerabah dari luar negeri berasal dari
Amerika, Jepang, dan Cina. Pemasaran dalam negeri dilakukan dengan cara pemesan
datang langsung untuk mengambil gerabah. Sedangkan untuk pemasaran luar negeri,
menggunakan truk untuk mengangkut gerabah yang kemudian dikirim ke negara
pemesan. Pesanan gerabah paling sedikit berjumlah 5-10 buah dan paling banyak
berjumlah sekitar ratusan.
Di dalam
usaha ini banyak resiko-resiko yang dapat menyebabkan kerugian. Misalnya di
prospek pemasaran yaitu proses penyaluran gerabah dari pabrik ke tangan konsumen. Transportasi yang
digunakan adalah kendaraan seperti truk, bus, dan lain-lain. ”Biasanya dalam proses pemasaran, banyak
gerabah-gerabah yang pecah atau retak. Hal tersebut menyebabkan dari pihak
pemesan (konsumen) kecewa dan meminta kepada pengrajin untuk membuat kembali
guna mengganti gerabah yang rusak tersebut. Padahal pemasaran bukan merupakan
tanggungan dari pengrajin,” jawab Pak Sihono, yaitu salah satu pemilik
bengkel gerabah di Dusun Sentana, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.
Namun, ada
peristiwa yang tidak peneliti kehendaki, yaitu bencana alam gempa bumi yang
terjadi pada tanggal 27 Mei 2006. Hingga kini masih menyisakan kepedihan yang
mendalam bagi masyarakat Yogyakarta. Gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter
tersebut meruntuhkan bangunan dan rumah. Sehingga banyak masyarakat yang sudah
tidak punya tempat tinggal. Gempa ini menelan korban sebanyak 6234 orang
meninggal.
Titik
terparah gempa adalah daerah Bantul, salah satunya Kasongan. Gempa tersebut
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat khususnya bagi para pengrajin gerabah
Kasongan. Karena gempa, banyak gerabah yang hancur akibat tertimpa reruntuhan
bangunan. Akibatnya, kegiatan produksi dan pemasaran gerabah Kasongan terhenti
untuk sementara waktu, sehingga menyebabkan penghasilan gerabah menurun. ”Dampak gempa tersebut mengakibatkan
aktivitas produksi terhenti sebagai akibat rusaknya alat-alat dan SDM yang
masih trauma akibat gempa. Terhentinya aktivitas produksi dikhawatirkan akan
menimbulkan pengangguran bagi penduduk desa, karena mata pencaharian utama
penduduk adalah sebagai pengrajin keramik/gerabah saja.”20) Pengrajin pun harus memulai usaha
mereka dari awal. Namun karena kurangnya bahan, peralatan, dan modal. Sehingga,
sangat jauh dari harapan untuk memulihkan usaha mereka.
Akibat gempa,
alat yang digunakan untuk memproduksi gerabah mengalami kerusakan. Sehingga
para pengrajin tidak bisa menghasilkan gerabah secara optimal.
Mereka hanya dapat mengumpulkan sisa-sisa
gerabah yang masih berwujud utuh dan masih bagus untuk dijual kembali. Usaha
tersebut mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari pasca gempa
yang terbilang serba kekurangan. Jika hanya bergantung pada bantuan yang datang, industri gerabah tidak akan
bangkit (memenuhi pemasaran).
Dari
segi pemasaran bisa dikatakan tersendat, karena banyaknya para distributor dan
pengrajin yang meninggal dunia akibat gempa. Jadi para distributor tidak dapat
menyalurkan gerabah ke tempat konsumen dan pengrajin yang membuat gerabah
berkurang. Sehingga ia hanya bisa menjual gerabah seadanya di lingkungan rumah
yang sudah rata dengan tanah dan dipinggir-pinggir jalan.
Padahal
pemasaran yang merupakan kegiatan ekonomi yang menghubungkan kegiatan produksi
dan konsumsi. Yaitu kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke
konsumen, sehingga barang dan jasa yang sudah sampai konsumen mempunyai nilai
guna yang terealisasikan dan dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Oleh
karena itu, industri gerabah Kasongan berusaha memulihkan dengan bantuan pemerintah
berupa pemberian motivasi yaitu melalui LSM, dana untuk membangun rumah, melakukan
pendataan berapa saja gerabah yang hancur akibat gempa, alat putar, dan tungku
yang diurusi oleh Deperindag. Selain pemerintah, bantuan datang dari berbagai
negara seperti Jerman dan Jepang (JICA). Negara tersebut menyumbang berupa
bahan-bahan untuk membangun rumah produksi gerabah.
Pak
Sihono berkata bahwa ketergantungan setelah gempa yaitu pada tamu yang datang
memesan, pameran gerabah, dan sosialisasi. Dengan memanfaatkan peralatan
seadanya, para pengrajin mulai membuat dan menjual gerabah. Sedikit demi
sedikit pesanan pun mulai mengalir kepada mereka. Semangat para pengrajin untuk
memproduksi gerabah disebabkan oleh banyaknya tamu dari berbagai kota yang datang
memesan, yaitu seperti kota Bandung dan Semarang.
Proses pemulihan untuk dapat memproduksi
gerabah kembali membutuhkan waktu yang sangat lama.
Pak Sihono berkata bahwa proses pemulihan berlangsung
selama 2 tahun. ” Mereka membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam proses pemulihan pasca gempa. Paling sedikit
membutuhkan waktu 6 bulan untuk memulai produksi kembali. Karena banyaknya
kerusakan pada gedung, showroom, mesin produksi, dll.”21)
Sekarang
aktifitas produksi gerabah Kasongan sudah mulai normal kembali dan keuntungan
mereka mulai menutupi kerugian akibat gempa 4 tahun silam.
Harapan
dari Pak Sihono sendiri yaitu yang terpenting dengan membangun bengkel gerabah
ini dapat menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, dan tidak
akan mengecewakan konsumen. Selain itu, semoga ada bantuan pemerintah dalam transportasi
dengan memberikan alat transportasi kepada setiap pengrajin gerabah, supaya
dalam pemasaran barang tidak ada yang rusak dan pemasaran dapat berjalan
lancar.
BAB V
PENUTUP
- Kesimpulan
Gempa tahun 2006 menghambat proses
produksi dan pemasaran gerabah. Banyak gerabah yang pecah akibat terkena
reruntuhan bangunan, akibatnya banyak pengrajin gerabah yang mengalami
kerugiaan. Pengrajin hanya bisa mengumpulkan gerabah yang masih bagus dan utuh
untuk dijual kembali. Pemerintah dan negara-negara lain memberikan bantuan,
sehingga para pengrajin bebannya mulai berkurang dengan adanya bantuan
tersebut.
Dari observasi kami pada tanggal 10 April
2010, yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi pemasaran gerabah
pasca gempa tahun 2006 dapat dikatakan tersendat, karena hancurnya gerabah yang
sudah siap dipasarkan dan berkurangnya sumber daya manusia (SDM) yang terampil
pada pembuatan gerabah.
- Saran
1. Pemerintah seharusnya tidak hanya
memberikan bantuan di bidang produksi, sebaiknya juga memberikan bantuan di
bidang pemasaran.
2. Sebaiknya pemerintah Indonesia memberikan
hak cipta atau hak paten kepada hasil karya gerabah Kasongan agar warga negara
lain yang memesan banyak dan akan menjual kembali dinegaranya tidak
mencuri-curi nama yang memproduksi yaitu sentra kerajinan gerabah Kasongan.
3. Pemerintah sebaiknya membuat standarisasi
harga kepada seluruh pengrajin gerabah
di Kasongan.
DAFTAR
PUSTAKA
BUKU:
Hutabarat, Delina.1997.Pelajaran Ekonomi SMU
Kelas 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Trinigsih, Dian Erna. 2008.Kiat Menulis Karya Ilmiah. PT. Intan
Pariwara
WEB:
Diunduh dari Ardhana, Penelitian Deskriptif, 2008, htttp://ardhana12.wordpress.com